Kamis, 14 Agustus 2008

Ilmu Pengetahuan

Robot Berotak Tikus

SEKELOMPOK ilmuwan Amerika Serikat membuat robot yang digerakkan oleh sel-sel dari otak tikus. Robot berotak tikus itu diharapkan dapat membantu ilmuwan mengetahui lebih jauh bagaimana cara-cara mengobati penderita Alzheimer atau Parkinson.

Proyek pembuatan robot berotak organik itu dilakukan oleh tim ilmuwan yang dipimpin Dr Ben Whalley dari Reading University. Dengan meneliti cara kerja otak robot itu, tim berharap dapat mengetahui bagaimana otak merekam pengalaman dan menyimpannya sebagai data.

Semua gerakan robot dikendalikan oleh otak organis tanpa ada perintah dari ilmuwan atau komputer. Saat ini, tim ilmuwan berusaha mencari tahu bagaimana sel-sel otak tikus itu memerintahkan robot untuk bergerak. Untuk itu, ilmuwan memberikan sinyal-sinyal yang berbeda saat robot bergerak.

“Riset terbaru ini sangat menyenangkan, karena otak organis mengendalikan gerakan tubuh robot. Selain itu, kami bisa meneliti bagaimana otak mempelajari dan merekam pengalaman-pengalaman si robot,“ kata Professor Kevin Warwick dari Reading University.
Janin Tikus
“Penelitian ini akan membuat kita lebih memahami cara kerja otak. Dengan demikian, hasil riset diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama kedokteran,“ tambahnya.

Robot itu merupakan hasil “perkawinan“ 300.000 syaraf tikus dengan mekanik-mekanik robot yang dilengkapi sonar. Sel-sel syaraf tikus itu kini dilatih untuk memerintahkan robot agar memutar roda kakinya dan menghindari tembok atau benda-benda yang merintangi jalan. Ukuran benda perintang itu pun berubah-ubah, mulai dari yang besar seperti kursi sampai benda-benda kecil seperti pensil.

Dengan meneliti apa yang terjadi pada syaraf-syaraf otak itu saat robot menghadapi rintangan, ilmuwan berharap dapat mengetahui cara kerja otak merekam berbagai pengalaman tersebut.

Kumpulan syaraf yang membentuk otak robot itu berasal dari syaraf-syaraf di lapisan luar otak janin tikus. Dengan bantuan sinyal-sinyal dari sonar robot, gumpalan syaraf otak organis dapat membentuk koneksi-koneksi baru sehingga robot dapat melakukan gerakan, seperti mengitari pensil.

Karena gumpalan syaraf itu merupakan jaringan yang hidup, sel-sel tersebut ditempatkan dalam wadah yang temperaturnya terkendali. Wadah itu juga dilengkapi elektroda-elektroda.

Sinyal-sinyal dipancarkan dari robot ke otak atau sebaliknya, dengan memanfaatkan gelombang radio jarak pendek. Dengan cara itu, robot dan sel-sel otak tikus dapat bekerja sama.(ap-ben-26)
Sumber : Suara Merdeka
Read more.....