Rabu, 29 Oktober 2008

Meraih Gua Toubkal


Pegunungan Atlas di Maroko merupakan salah satu pegunungan tertinggi di Afrika. Tak heran bila pegunungan di bagian utara benua Afrika ini menjadi ajang hiking dan trekking para petualang. Tujuan utama dari semua kegiatan itu adalah Jebel Toubkal. Untuk mencapai puncak setinggi 13.665 kaki itu, tentu tidak gampang.

Perjalanan dimulai dari kota Marrakech ke Ansi. Dari Ansi, Anda menuju Imlil, sebuah desa kecil. Sebaiknya Anda kesana naik truk saja. Sebab, jalan kesana jelek sekali. Yang membuat tidak bosan, sepanjang perjalanan Anda bisa melihat hal-hal menarik di sepanjang Sungai Imanan. Kegiatan sejumlah binatang macam zebra, kijang, atau kuda nil yang asyik melepas dahaga menjadi pemandangan yang menarik.

Pendakian mulai di desa ini. Kalau sudah sampai di Lembah Mizan, tandanya Anda harus memulai pemanjatan. Pemanjatan tidak lama, untuk mencapai Danau Ifni. Danau Ifni adalah satu di antara beberapa danau yang ada di pegunungan Atlas. Yang unik, jika lagi ada salju, seluruh danau akan tertutup. Oleh beberapa petualang, danau yang tertutup salju ini bisa digunakan untuk main ski sejenak.

Pendakian maupun pemanjatan menuju puncak gunung sebetulnya tidak terlalu sulit. Terutama bagi para pendaki yang berpengalaman dan profesional. Struktur rute jalan menuju puncak sudah dibuat sedemikian rupa guna memudahkan perjalanan para petualang. Hanya cuacalah yang menjadi hambatan utama mendaki puncak Jebel Toubkal.
Oya, satu lagi yang perlu diwaspadai. Pegunungan Atlas dikenal dengan singa-singanya yang buas. Di beberapa wilayah, seperti Desa Bureau, merupakan wilayah yang dihindari para pendaki. Singa-singa liar itu memang sengaja dibiarkan bebas. Alasannya, karena ini bisa menjadi ciri khas daerah Atlas ini. Keberadaan singa-singa itu menjadi tantangan tersendiri yang mesti dihadapi. Itulah sebabnya, beberapa pendaki juga membawa senjata guna menjaga diri dari serangan singa.

Lalu, apa itu Jebel Toubkal? Puncak tertinggi itu berupa gua. Di tempat itulah para pendaki beristirahat sambil merayakan keberhasilannya mencapai puncak gunung.

Sumber : Suara Merdeka

Read more.....

Senin, 27 Oktober 2008

Hujan di Balik Jendela


Diam-diam saya sering mengamati perilaku putri saya saat hujan tiba. Jika kami sedang dalam perjalanan, sambil bersama misalnya, itulah saat ia langsung terdiam, memandangi jendela, berlama-lama, tegak lurus di kejauhan. Saya pernah mencoba menggoda dan ia marah luar biasa. Sejak itu saya percaya pada tebakan saya: anak ini pasti sedang menikmati situasinya. Mudah saja saya menebak karena saya sendiri mengalami perasaan yang sama. Bedanya anak ini sekarang menikmati dari jendela mobil pribadi, sementara bapaknya dulu cukup dari jendela kereta murahan dan bus-bus omprengan, yang semua terasa sebagai kemewahan.

Seperti anak ini, dari balik jendela, saya juga terbiasa memandang jauh. Seluruh tulisan yang bekelabat saya baca dalam hati, seluruh pemandangan, sawah gunung, awan-awan, titik air, pepohoanan, saya rekam, saya simpan dalam ingatan dan saya semayamkan dalam hati, hingga hari ini. Seluruh film yang saya tonton, seluruh musik yang saya dengar, seluruh konser yang saya lihat, sulit menandingi rekaman keindahan di dalam hati saya ini. Jika kenangan itu kembali saya munculkan, tubuh saya seperti mengambang di lautan awan dan jiwa saya mekar ke horizon terjauh, ke kaki langit nun di sana yang saya tak paham batas-batasnya. Saya seperti mengikuti jagat saya yang secara teori memang melar terus saban hari menuju ke jarak terperi.

Apalagi saat itu, sejak kelas dua SD, saya mulai jatuh cinta dengan gadis tercantik di kampung saya. Ia satu-satunya gadis yang kecantikannya telah menggemparkan seluruh desa, yang popularitasnya telah melebar ke desa-desa tetangga. Siang malam saya mabuk dibuatnya. Dan di setiap perjalanan itu, apalagi ketika hujan tiba, wajahnya berpendaran di seluruh titik air. Ke manapun mata saya memandang, jatuhnya ke wajahnya juga. Inilah periode jatuh cinta paling luar biasa dalam hidup karena seluruhnya cuma birisi keindahan. Inlah periode platonik itu, yakni tahapan cinta ketika ia belum berurusan dengan pertengkaran, dengan bayar SPP anak, mencuci ompol dan harus tegang menghadapi kenaikan harga-harga.

Itulah periode ketika imajinasi manusia melayang dengan kemerdakaan penuh. Dan itulah tradisi yang mengubah sejarah dan peradaban manusia. Hampir tidak ada pengetahuan yang tidak dilahirkan dari imajinasi. Dari sains hingga ketuhanan. Ketika melihat apel Jatuh Newton menemukan gravitasi, saat Ibrahim melihat bulan dan matahari tenggelam ia mulai menemukan Tuhan yang lebih tinggi. Karena itulah saya mulai mengerti pernyataan Einstein bahwa imajinasi jauh lebih penting ketimbang ilmu pengetahuan.

Maka saat melihat anak saya sedang menatap hujan itu, saya ingin memberi ruang yang terbuka untuk kemerdekaannya. Biarlah ia lakukan penjelajahan yang keindahannya hanya dia sendiri yang tahu. Tabungan keindahan itu nyaris tak terhinga, dan cuma imajinasi yang sanggup mengakomodasi. Kata-kata terlalu muda untuk menjelaskan seluruh kerumitannya.

Melihat putri saya terdiam, saya juga ikut terdiam, tetapi benak kami pasti penuh dan sedang bersama-sama dalam penjelajahan. Satu titik air di benaknya, pasti akan berpendaran ke seluruh jiwanya. Satu kelebat pohon, akan memantulkan ribuan bayangan. Segumpal awan pasti akan mengembang menjadi kasur busa seluas jagat raya. Dan itulah ekstase artisitik itu. Mabuk keindahan tanpa harus didongkrak oleh pil-pil perangsang. Saya pernah berbincang dengan mantan penembak jitu. Jika ia sedang ingin membidik kepala lawan, ia akan menenggak pil tertentu. Makin penuh hati seseorang dengan dendam dan kebencian, makin agresif pil ini mengambil peran. "Dan kepala lawan, akan tampak sebesar bukit," katanya.

Tetapi pil-pil semacam ini sungguh tidak diperlukan jika tujuannya cuma untuk mendatangkan kegembiraan. Keindahan dan kegembiraan adalah sesuatu yang sederhana. Untuk datang, ia cukup diberi ruang dan dimerdekakan. Bantulah siapa saja mulai dari anak-anak Anda, anggota keluarga tetangga dan siapa saja yang membuthkan untuk memiliki ruang-ruang itu. Maka akan banyak sekali jiwa di sekitar Anda yang akan menjadi sehat dan gembira.

Sumber : Suara Merdeka


Read more.....

Selasa, 14 Oktober 2008

Mungkinkah Balita Jatuh Cinta??


Jangan dulu khawatir bila melihat balita Anda selalu ingin bermain berdua saja dengan temannya yang berbeda jenis kelamin. Jangan pula panik ketika dia menyebut teman lawan jenisnya itu sebagai "pacar". Karena, konsep cinta anak-anak tidak sama dengan konsep cinta menurut kita, orang dewasa.

Menurut ahli, saat anak berusia 2 tahun, ia mengerti bahwa kedua orang tuanya akan melakukan apa saja demi kesejahteraannya. Hal ini membuatnya merasa bahagia, puas, dan nyaman. Kepuasan diri inilah yang mereka namakan ”cinta”.
Ketika anak memasuki usia 3 tahun, mereka mulai memahami bahwa disiplin yang diterapkan orang tua merupakan isyarat cinta. Dan persepsi itu tepat. Dengan menerapkan batas-batas keamanan dan tidak membiarkan anak kehilangan kontrol, orang tua sebenarnya tengah membuktikan bahwa mereka melindungi anak dari bahaya dan mengurangi emosi menakutkan yang dialami anak.

Saat mereka berusia 4 tahun, anak mulai merasa bahwa selain pelukan dan belaian, cinta juga dapat diungkapkan dengan kata-kata. Maka orang tua sudah seharusnya mengungkapkan kata cinta melalui kata-kata.
Jika balita Anda laki-laki, dan merasa lebih senang bermain rumah-rumahan dan berpura-pura melangsungkan pernikahan dengan teman perempuannya, jangan dulu mengklaim bahwa ia telah jatuh cinta.

Menurut ahli, hal semacam itu memang umum terjadi pada anak usia balita, dan tak perlu dikhawatirkan. Saat berusia 4-5 tahun, anak sudah bisa membedakan antara cinta untuk orang tuanya dan cinta yang ada di antara orang tuanya. Anak juga menyadari perasaan romantis mereka terhadap orang lain. Mereka bisa tertarik dengan orang lain dan mengungkapkannya dengan meniru cara orang tua mereka mengungkapkan cinta satu sama lainnya.

Persahabatan antara anak laki-laki dan perempuan yang terjadi selama masa prasekolah dan taman kanak-kanak biasanya disebabkan karena adanya kesamaan gaya bermain antara mereka.
Sumber : Suara Merdeka

Read more.....

Rabu, 08 Oktober 2008

Nobel Fisika untuk Tiga Penemu Partikel Subatom

STOCKHOLM - Dua fisikawan Jepang dan seorang fisikawan Amerika kelahiran Tokyo terpilih untuk meraih Nobel Fisika 2008. Temuan-temuan mereka mengenai partikel-partikel subatom membawa mereka pada penghargaan bergengsi itu.

Komite Nobel Selasa kemarin mengumumkan, Yoichiro Nambu, seoang warga Amerika kelahiran Tokyo, dan Makoto Kobayashi serta Toshihide Maskawa dari Jepang berhasil menjelaskan sebab-musabab terciptanya alam semesta dari massa melalui proses yang dikenal dengan istilah ’’simetri terputus’’ (broken symmetries).

Temuan mereka membantu memaparkan eksistensi dan perilaku partikel-partikel maha kecil (dalam fisika, partikel yang lebih kecil dari neutron itu disebut quark).

Nambu, saat ini adalah profesor pada University of Chicago, menemukan mekanisme terputusnya simetri secara spontan. Temuan itu makin menjelaskan Model Fisika Standar. Model ini menggabungkan tiga atau empat kekuatan fundamental alam, yakni kekuatan, kelemahan dan elektromagnetik, serta gravitasi.

Karya Nambu juga berpengaruh dalam pengembangan kromodinamik kuantum, sebuah teori yang menjelaskan beberapa interaksi antara proton dan neutron sebagai unsur pembentuk atom. serta quark yang membentuk proton dan neutron.

Nambu memperoleh separo dari hadiah Nobel sebesar 10 juta kronos (sekitar Rp 10 miliar). Separo hadiah jatuh pada Kobayashi dari Organisasi Riset Akselerator Energi Tinggi Jepang bersama Maskawa dari Universitas Kyoto.
Alam Semesta
Kobayashi dan Maskawa mendefinisikan enam jenis quark. Keenam jenis quark itu kemudian ditemukan dalam berbagai eksperimen fisika partikel energi tinggi.

’’Fakta bahwa dunia ini tidak berperilaku simetris sempurna disebabkan adanya penyimpangan dari simetri pada tingkat mikroskopis,’’ demikian pernyataan Komite Nobel.

Simetri yang terputus itu menyebabkan partikel-partikel massa melampaui jumlah partikel-partikel anti-massa. Fenomena itu sebetulnya merupakan keberuntungan bagi seluruh makhluk hidup. Sebab, apabila alam semesta bersifat simetris, anti-massa bakal secara konstan bertemu massa dan meledak dengan menghasilkan energi dahsyat. Kobayashi mengaku terkejut atas pengumuman Nobel itu. ’’Ini kehormatan besar bagi saya dan saya sulit mempercayainya,’’ kata dia.

Sebaliknya, Maskawa tidak terkejut. ’’Sudah ada pola mengenai penghargaan Nobel. Tahun lalu, saya tidak yakin. Mamun, tahun ini saya sudah memperdiksi memenangi Nobel itu,’’ kata dia.

’’Saya sangat senang Profesor Yoichiro Nambu memperoleh penghargaan. Saya sendiri tidak terlalu senang. Penghargaan itu seperti sebuah perayaan yang berisik untuk masyarakat,’’ tambahnya.

Para fisikawan saat ini sedang meneliti terputusnya simetri secara spontan, atau dikenal dengan istilah mekanisme Higgs. Simetri terputus mengakibatkan alam semesta berada dalam ketidakseimbangan saat terjadi Ledakan Besar (Big Bang) 13,7 miliar tahun lalu.
Sumber : Suara Merdeka
Read more.....

Selasa, 07 Oktober 2008

Tradisi Syawalan

Setiap tradisi yang mampu bertahan lama, pastilah melalui proses evolusi kebudayaan yang panjang dan memiliki kesamaan akar historis. Evolusi yang diikuti akulturasi itu, pada akhirnya menimbulkan keselarasan dan kecocokan dengan masyarakat penganutnya. Tesis itu, sangat relevan diajukan guna mengungkap tradisi ”syawalan”, yang dilakukan oleh masyarakat Jawa secara turun-temurun.

Istilah syawalan atau sering disebut halal bihalal, memang berasal dari bahasa Arab. Uniknya, istilah itu tidak dikenal oleh masyarakat Arab, karena memang tidak terdapat dalam tradisi dan kebudayaan mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, syawalan memiliki arti “acara maaf-memaafkan” pada hari Lebaran. Sementara, istilah halal bihalal merupakan kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata ba-hasa Arab halal (baik atau diperbo-lehkan) yang diapit satu kata peng-hubung ba (Quraish Shihab, 1992).

Tradisi syawalan, kata Umar Kayam (1997), merupakan kreatifitas akulturasi budaya Jawa dan Islam. Ketika Islam hendak bersinggungan dengan budaya Jawa, timbul ketegangan-ketegangan yang muaranya menimbulkan disharmoni. Melihat fenomena itu, para ulama Jawa lantas menciptakan akulturasi-akulturasi budaya, yang memungkinkan agama baru itu diterima oleh masya-rakat Jawa. Singkatnya, para ulama di Jawa dahulu dengan segenap kearifannya, mampu memadukan kedua budaya yang bertolak belakang, demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.

Sungkeman dan Ketupat

Siapa yang mula-mula mengenalkan tradisi syawalan, belum diketahui secara pasti. Menurut Ibnu Djarir (2007), tradisi syawalan dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit, dengan tertib dan teratur melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.

Tradisi sungkem yang merupakan inti kegiatan syawalan, mengalami perluasan seiring dengan perkembangan zaman. Sungkeman saat ini dilakukan kepada semua orang tua. Makna sungkeman itu, sejatinya sangat mulia dan terpuji. Sebagai lambang penghormatan kepada yang lebih tua, dan permohonan maaf.
Seusai sungkeman, biasanya dilakukan jamuan makan dengan menu utama ketupat yang disebut kupat luar. Bagi masyarakat Jawa, ketupat memiliki makna filosofi yang dalam. Biasanya dibuat dari tiga bahan utama, yaitu janur kuning, beras, dan santan. Janur kuning atau pelepah daun kelapa muda, merupakan lambang tolak bala atau penolak bahaya.
Kemudian, beras sebagai simbol kemakmuran, dianggap sebagai doa agar masyarakat diberi kelimpahan kemakmuran setelah hari raya. Sementara santan (sari buah kelapa) yang dalam bahasa jawa disebut santen, berima dengan kata ngapunten, yang berarti memohon maaf.

Kata Kupat Luar sendiri berasal dari kata “Pat” atau “Lepat” (kesalahan) dan “Luar” yang berarti di luar, atau terbebas atau terlepas. Maknanya, dengan memakan ketupat, orang diharapkan akan ingat kembali bahwa mereka sudah terlepas dan terbebas dari kesalahan. Selanjutnya, mereka berkewajiban untuk saling meminta dan memberi maaf agar kebebasan itu benar-benar sem-purna. Makna yang lain, ketupat berasal dari singkatan Ngaku Lepat yang berarti mengakui kesalahan. Maknanya, dengan tradisi ketupat diharapkan setiap orang mau mengakui kesalahan, sehingga memudahkan diri untuk memaafkan kesalahan orang lain. Singkatnya, semua dosa yang ada akan saling terlebur bersamaan dengan hari raya idul fitri.

Adapun bentuk ketupat yang persegi, menjadi simbol atau perwujudan cara pandang kiblat papat lima pancer. Cara pandang itu menegasikan adanya harmonisasi dan keseimbangan alam: empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara yang bertumpu pada satu pusat. Maknanya, manusia dalam kehidupan, ke arah manapun dia pergi, hendaknya tidak pernah melupakan pancer yaitu Tuhan yang Maha Esa.

Merekatkan Persatuan

Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah, yakni nafsu emosional, aluamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar, supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah, dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri.

Keempat nafsu ini yang ditaklukkan orang selama berpuasa. Jadi, dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut.
Tradisi syawalan yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu, kini dilestarikan oleh organisasi-organisasi Islam, maupun instansi pemerintah dan swasta dengan istilah halal bihalal. Menariknya, peserta halal bihalal, tidak hanya umat Islam, tetapi seluruh warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama, suku, ras dan golongan. Tradisi itu bukan lagi milik umat Islam dan masyarakat Jawa saja, tetapi menjadi milik segenap bangsa Indonesia. Tradisi ini juga kaya dengan kearifan dan kesalehan yang relevan dengan konteks kekinian.

Ia bisa diartikan sebagai hubungan antarmanusia untuk saling berinteraksi melalui aktivitas yang tidak dilarang, plus mengandung sesuatu yang baik dan menyenangkan. Maka, berhalal bihalal, mestinya tidak semata-mata dengan memaafkan melalui perantara lisan atau kartu ucapan selamat saja, tetapi harus diikuti perbuatan yang baik dan menyenangkan bagi orang lain khususnya yang diajak berhalal bihalal.
Syawalan juga merekatkan persatuan dan kesatuan, dan mendorong orang untuk jujur. Adanya kerelaan untuk saling memaafkan, sudah membuktikan mencairnya individualitas, strata sosial, egoisme, sektarian dan sebagainya. Orang juga dituntut untuk jujur, mau mengakui kesalahan dan lantas meminta maaf.

Kejujuran dan kerelaan hati untuk memaafkan ini, merupakan terapi psikologis yang sangat ampuh bagi setiap orang. Pasalnya, dengan lepas dan hilangnya dosa-dosa, orang akan merasa damai, tenang dan tentram.

Pada akhirnya, dalam masyarakat yang kian terkepung aneka kepentingan primordial atau kepentingan yang mengatasnamakan apa pun yang eksploitatif dan tiranik, penuh konflik kepentingan bahkan sampai pertikaian atau perang, Idul Fitri dengan tradisi syawalannya, diharapkan mampu menghadirkan kesejukan, keharmonisan, dan obat-obat kemanusiaan lainnya. Selamat hari raya Idul Fitri 1429 H, Mohon maaf lahir dan batin.
Sumber : Saudara
Read more.....